Dari sembilan raja yang berkuasa di Malaysia, ternyata merupakan keturunan Raja Bugis dari Kerajaaan Luwu, Sulawesi Selatan.
Hal itu terungkap pada Seminar Penelusuran Kerabat Raja Bugis, Sulawesi Selatan, dengan raja-raja Johor-Riau-Selangor , Malaysia di Makassar, Rabu (27 Juni 2007).
"Berdasarkan hasil penelusuran silsilah keturunan dan tinjauan arkeologi diketahui, 14 provinsi di Malaysia, sembilan diantaranya diperintah oleh raja yang bergelar datuk (dato`) atau sultan, sedang empat provinsi lainnya diperintah gubernur yang bukan raja," kata Prof Emeritus Dato` Dr Moh Yusoff bin Haji Hasyim, President Kolej Teknologi Islam Antarbangsa Melaka.
Menurut dia, dari segi silsilah, kesembilan raja yang memiliki hak otoritas dalam mengatur pemerintahannya itu, berasal dari komunitas Melayu-Bugis, Melayu-Johor dan Melayu-Minangkabau.
Sebagai contoh, lanjutnya, pemangku Kerajaan Selangor saat ini adalah turunan dari Kerjaan Luwu, Sulsel.
Merujuk Lontar versi Luwu` di museum Batara Guru di Palopo dan kitab Negarakerjagama, menyebutkan tradisi `raja-raja Luwu` ada sejak abad ke-9 masehi dan seluruh masa pemerintahan kerajaan Luwu terdapat 38 raja.
Raja yang ke-26 dan ke-28 adalah Wetenrileleang berputrakan La Maddusila Karaeng Tanete, yang kemudian berputrikan Opu Wetenriborong Daeng Rilekke` yang kemudian bersuamikan Opu Daeng Kemboja.
"Dari hasil perkawinannya itu lahir lima orang putra, masing-masing Opu Daeng Parani, Opu Daeng Marewah, Opu Daeng Cella`, Opu Daeng Manambong dan Opu Daeng Kamase," paparnya sembari menambahkan, putra-putra inilah yang kemudian merantau ke Selangor dan menjadi cikal bakal keturunan raja-raja di Malaysia hingga saat ini.
Lebih jauh dijelaskan, dengan penelusuran sejarah dan silsilah keluarga itu, diharapkan dapat lebih mendekatakan hubungan antara kedua rumpun Melayu yakni Melayu Selangor dan Bugis.
Menurut Moh Jusoff, dari segi kedekatan emosional, silsilah dan genesitas komunitas di Malaysia dan Indonesia tidak bisa dipisahkan. Hanya saja, belum bisa merambah ke persoalan politik karena ranah politik Malaysia berbeda dengan politik Indonesia termasuk mengenai tata pemerintahan dan kemasyarakatannya.
Sementara itu, Andi Ima Kesuma,M.Hum, pakar kebudayaan dari Universitas Hasanuddin (Unhas) yang juga Kepala Museum Kota Makassar mengatakan, kekerabatan keturunan raja-raja di Malaysia dan raja-raja Bugis di Sulsel tertuang dalam Sure` Lagaligo maupun dalam literatur klasik lainnya.
"Hanya saja, gelaran yang dipakai di tanah Bugis tidak lagi digunakan di lokasi perantauan (Malaysia) karena sudah berasimilasi dengan situasi dan kondisi di lokasi yang baru," katanya.
Gelar Opu dang Karaeng yang lazim digunakan bagi keturunan raja rai Luwu dan Makassar, tidak lagi dipakai di Malaysia melainkan sudah bergelar tengku, sultan atau dato`
Tags:
Coretanku
Artinya jika kita perang dengan malaysia, kita berperang dengan saudara sendiri,...ya nggak?
tidak jauh dari mata, kadang dengan saudara kandung sendiri sering terjadi salah paham...apalagi masalah harga diri, jadi intinya siapapun dia kalau sudah menginjak harkat martabat bangsa...ya mesti ditegasi...
tapi para raja itu kayaknya udah lupa tanah kelahirannya
wajar bila waktu berjalan banyak yang lupa asal usul. aku sendiri hanya bisa melacak jejak sampai mbah buyut tanpa bisa mengenal semua anak turunnya yang sudah menyebar kemana-mana...
barangkali jika mau ditelusuri akan banyak didapatkan sisa2 laskar majapahit di tanah malaysia
Semuanya memang jika ditelusuri lebih lanjut, maka akan saling terkait silsilah raja2 tsb, karena pada dasarnya Indonesia dan Malaysia tergabung pada kawasan yang sama yang bernama Nusantara
Sore Sobat.. waduh maf baru bisa nongol he.. masih akeh kerjaan pengen kesini jadi baru bisa hari ini hhe.....
wah bener bgt tuh Sob.... jadi klo kita perang sama mereka sama aja kita perang sesama Indonesia.... biarin aja lah mereke songong2 hhe...
Semangat n happy blogging Sob.....
template baru lagi nie hhe...