type='html'>Presiden Mesir Husni Mubarak dipastikan takkan sanggup lagi bertahan di puncak kekuasaan, karena ketidaksukaan rakyat negeri piramida itu kepada presiden yang lahir di Kafr-El Meselha, Al Monufiyah, Mesir, pada 4 Mei 1928 itu sudah semakin mengkristal. Bahkan seperti diberitakan berbagai media dalam dan luar negeri, Senin (31/1/2011), pemimpin oposisi Mesir, Mohamed El Baradei, telah dengan terang-terangan meminta Mubarak lengser, dan presiden ke-4 Mesir itu pun telah pula mengungsikan anak-anak dan istrinya ke London, Inggris.
Mubarak menjadi presiden Mesir pada 14 Oktober 1981, hanya delapan hari setelah Presiden Mesir Anwar Al Sadat dibunuh kelompok radikal pada 6 Oktober 1981. Selama berkuasa, Mubarak membuat rakyat Mesir hidup dalam tekanan dan kekangan karena presiden bernama lengkap Muhammad Hosni Said Mubarak itu bertindak sebagaimana layaknya seorang tiran, dan dengan sengaja menumbuhsuburkan korupsi demi kepentingan pribadi, keluarga, dan konco-konconya.
Akibatnya, sejak berkuasa hingga mulai didemo rakyatnya pada 25 Januari 2011, pemerintahan Mubarak diwarnai begitu banyak skandal dan penyiksaan yang berimplikasi pada pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat, seperti penculikan aktivis yang vokal menyuarakan pola pemerintahannya, dan penyiksaan serta penahanan tanpa proses peradilan yang adil dan transparan.
Selain itu, suburnya korupsi membuat tingkat kesejahtaraan rakyat yang berada di luar lingkar kekuasaan sangat rendah, sehingga angka pengangguran dan kemiskinan sangat tinggi. Jika Mubarak benar-benar tak mampu lagi bertahandi singgasana kepresidenan Mesir, berarti dia merupakan presiden kesekian di dunia ini yang dijatuhkan oleh rakyatnya oleh people power. Berikut daftar presiden yang digulingkan oleh rakyatnya sendiri karena bertindak tirani, korup, dan tak mau mendengarkan aspirasi rakyatnya.
1. Jenderal Soeharto
Presiden Republik Indonesia (RI) ke-2 yang lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 8 Juni 1921 ini mulai berkuasa pada 1967, menggantikan presiden RI ke-1, Soekarno. Selama memerintah hingga ditumbangkan oleh kekuatan rakyat (people power) melalui aksi demo besar-besaran pada Mei 1998, presiden ini sempat membuat Indonesia dijuluki sebagai macan Asia karena pertumbuhan ekonominya yang sangat pesat dan membuat Indonesia terangkat dari daftar salah satu negara miskin di dunia, menjadi negara berkembang. Namun selama 32 tahun berkuasa, presiden yang murah senyum sehingga dijuluki The Similing General ini bertindak otoriter dan menyuburkan korupsi, sehingga kemakmuran hanya dinikmati oleh orang-orang di sekitarnya, sementara banyak rakyatnya yang tetap miskin, bahkan semakin miskin, dan angka pengangguran sangat tinggi. Selama presiden ini berkuasa, cukup banyak aktivis yang hilang karena mengkitik pola pemerintahannya, dan sebuah majalah, yakni Tempo, dibredel.
2. Ferdinand Marcos
Presiden bernama lengkap Ferdinand Edralín Marcos ini lahir di Sarrat, Ilocos Norte, Filipina, pada 11 September 1917. Dia menjadi presiden Filipina mulai 30 Desember 1965, dan digulingkan rakyatnya pada 25 Februari 1986. Selama berkuasa, presiden ini juga bertindak otoriter dan korup, bahkan agar dirinya tetap menjadi presiden, pada pemilu 1981 dia melakukan berbagai kecurangan, dan ini diulangi lagi pada pemilu 1986 yang membuatnya terpilih menjadi presiden Filipina untuk yang keempat kalinya. Rakyat Filipina yang sudah tak tahan lagi berada di bawah kendali rezimnya, akhirnya melakukan revolusi Epifanio de los Santos Avenue (EDSA) atau revolusi damai, tak lama setelah kemenangannya dalam pemilu diumumkan. Marcos dan istrinya, Imelda Marcos, kabur ke Hawai, dan dia meninggal di negara tempat pelariannya itu pada 1989 akibat penyakit ginjal, jantung, dan paru-paru.
3. Joseph Estrada
Sebelum berkecimpung di dunia politik, presiden bernama lengkap José Marcelo Ejército dan lahir di Tondo, Manila, pada 19 April 1937 ini adalah seorang aktor film di negaranya, Filipina. Dia menjadi presiden Filipina ke-13 mulai 30 Juni 1998, namun digulingkan rakyatnya melalui revolusi ADSA pada 20 Januari 2001. Karir Joseph begitu mudah hancur karena pemerintahannya didera skandal korupsi. Dia digantikan wakil presidennya, Gloria Macapagal-Arroyo, dan pada 12 September 2007 dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena korupsi yang dilakukannya.
4. Zine El Abidine Ben Ali
Presiden Republik Tunisia ini lahir pada 3 September 1936 dan mulai menjabat sebagai presiden pada 7 November 1987 setelah di negara itu terjadi kudeta berdarah untuk menggulingkan Presiden Habib Bourguiba. Ben dilengserkan rakyatnya sendiri pada 14 Januari 2011, atau setelah 23 tahun berkuasa, melalui aksi demo besar-besaran di seantero negeri yang menimbulkan korban jiwa hingga sekitar 100 orang. Selama menjadi presiden, Ben juga cenderung otoriter dan tak mau mendengarkan keluh kesah warganya, sehingga angka kemiskinan dan pengangguran di negaranya sangat tinggi, sementara lawan politiknya yang mengkritik pola pemerintahannya, banyak yang dianiaya. Bahkan memasuki 2011, negaranya yang berada di Afrika Utara, dilanda krisis pangan. Kemarahan rakyat terhadap presiden ini memuncak setelah seorang tukang sayur berusia 26 tahun, Mohamed Bouazizi, melakukan aksi bakar diri karena barang dagangannya disita polisi di kota Sidi Bouzid pada 17 Desember 2010. Ben dan istrinya kabur ke Saudi Arabia.
Pola kepemimpinan yang otoriter, korup, dan tidak mau mendengarkan aspirasi rakyatnya memang pola kepemimpinan yang rawan mengundang kemarahan rakyat. Selama pola kepemimpinan seperti ini masih terus ada, sejarah akan terus berulang karena akan terus ada pemimpin yang digulingkan rakyatnya sendiri .
Mubarak menjadi presiden Mesir pada 14 Oktober 1981, hanya delapan hari setelah Presiden Mesir Anwar Al Sadat dibunuh kelompok radikal pada 6 Oktober 1981. Selama berkuasa, Mubarak membuat rakyat Mesir hidup dalam tekanan dan kekangan karena presiden bernama lengkap Muhammad Hosni Said Mubarak itu bertindak sebagaimana layaknya seorang tiran, dan dengan sengaja menumbuhsuburkan korupsi demi kepentingan pribadi, keluarga, dan konco-konconya.
Hosni Mubarak. (int) |
Selain itu, suburnya korupsi membuat tingkat kesejahtaraan rakyat yang berada di luar lingkar kekuasaan sangat rendah, sehingga angka pengangguran dan kemiskinan sangat tinggi. Jika Mubarak benar-benar tak mampu lagi bertahandi singgasana kepresidenan Mesir, berarti dia merupakan presiden kesekian di dunia ini yang dijatuhkan oleh rakyatnya oleh people power. Berikut daftar presiden yang digulingkan oleh rakyatnya sendiri karena bertindak tirani, korup, dan tak mau mendengarkan aspirasi rakyatnya.
1. Jenderal Soeharto
Presiden Republik Indonesia (RI) ke-2 yang lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 8 Juni 1921 ini mulai berkuasa pada 1967, menggantikan presiden RI ke-1, Soekarno. Selama memerintah hingga ditumbangkan oleh kekuatan rakyat (people power) melalui aksi demo besar-besaran pada Mei 1998, presiden ini sempat membuat Indonesia dijuluki sebagai macan Asia karena pertumbuhan ekonominya yang sangat pesat dan membuat Indonesia terangkat dari daftar salah satu negara miskin di dunia, menjadi negara berkembang. Namun selama 32 tahun berkuasa, presiden yang murah senyum sehingga dijuluki The Similing General ini bertindak otoriter dan menyuburkan korupsi, sehingga kemakmuran hanya dinikmati oleh orang-orang di sekitarnya, sementara banyak rakyatnya yang tetap miskin, bahkan semakin miskin, dan angka pengangguran sangat tinggi. Selama presiden ini berkuasa, cukup banyak aktivis yang hilang karena mengkitik pola pemerintahannya, dan sebuah majalah, yakni Tempo, dibredel.
2. Ferdinand Marcos
Presiden bernama lengkap Ferdinand Edralín Marcos ini lahir di Sarrat, Ilocos Norte, Filipina, pada 11 September 1917. Dia menjadi presiden Filipina mulai 30 Desember 1965, dan digulingkan rakyatnya pada 25 Februari 1986. Selama berkuasa, presiden ini juga bertindak otoriter dan korup, bahkan agar dirinya tetap menjadi presiden, pada pemilu 1981 dia melakukan berbagai kecurangan, dan ini diulangi lagi pada pemilu 1986 yang membuatnya terpilih menjadi presiden Filipina untuk yang keempat kalinya. Rakyat Filipina yang sudah tak tahan lagi berada di bawah kendali rezimnya, akhirnya melakukan revolusi Epifanio de los Santos Avenue (EDSA) atau revolusi damai, tak lama setelah kemenangannya dalam pemilu diumumkan. Marcos dan istrinya, Imelda Marcos, kabur ke Hawai, dan dia meninggal di negara tempat pelariannya itu pada 1989 akibat penyakit ginjal, jantung, dan paru-paru.
3. Joseph Estrada
Sebelum berkecimpung di dunia politik, presiden bernama lengkap José Marcelo Ejército dan lahir di Tondo, Manila, pada 19 April 1937 ini adalah seorang aktor film di negaranya, Filipina. Dia menjadi presiden Filipina ke-13 mulai 30 Juni 1998, namun digulingkan rakyatnya melalui revolusi ADSA pada 20 Januari 2001. Karir Joseph begitu mudah hancur karena pemerintahannya didera skandal korupsi. Dia digantikan wakil presidennya, Gloria Macapagal-Arroyo, dan pada 12 September 2007 dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena korupsi yang dilakukannya.
4. Zine El Abidine Ben Ali
Presiden Republik Tunisia ini lahir pada 3 September 1936 dan mulai menjabat sebagai presiden pada 7 November 1987 setelah di negara itu terjadi kudeta berdarah untuk menggulingkan Presiden Habib Bourguiba. Ben dilengserkan rakyatnya sendiri pada 14 Januari 2011, atau setelah 23 tahun berkuasa, melalui aksi demo besar-besaran di seantero negeri yang menimbulkan korban jiwa hingga sekitar 100 orang. Selama menjadi presiden, Ben juga cenderung otoriter dan tak mau mendengarkan keluh kesah warganya, sehingga angka kemiskinan dan pengangguran di negaranya sangat tinggi, sementara lawan politiknya yang mengkritik pola pemerintahannya, banyak yang dianiaya. Bahkan memasuki 2011, negaranya yang berada di Afrika Utara, dilanda krisis pangan. Kemarahan rakyat terhadap presiden ini memuncak setelah seorang tukang sayur berusia 26 tahun, Mohamed Bouazizi, melakukan aksi bakar diri karena barang dagangannya disita polisi di kota Sidi Bouzid pada 17 Desember 2010. Ben dan istrinya kabur ke Saudi Arabia.
Pola kepemimpinan yang otoriter, korup, dan tidak mau mendengarkan aspirasi rakyatnya memang pola kepemimpinan yang rawan mengundang kemarahan rakyat. Selama pola kepemimpinan seperti ini masih terus ada, sejarah akan terus berulang karena akan terus ada pemimpin yang digulingkan rakyatnya sendiri .
makasih atas infonya sangat membantu, dan jangan lupa kunjungi website kami http://bit.ly/2xrM4q6