Sejumlah peneliti yang mempelajari merpati menemukan fakta bahwa burung itu membawa dua serangga yang menyebabkan penyakit. Ini membuat merpati dianggap berbahaya bagi kesehatan manusia.
Hasil penemuan tim peneliti dari Spanyol ini menunjukkan bahwa walau bakteri tersebut bisa berbahaya pada manusia, mereka terlihat tidak merugikan burung tersebut. Burung merpati, yang dianggap 'tikus bersayap' bagi yang menganggap mereka penyebar penyakit, bisa berperan sebagai 'reservoir' untuk serangga-serangga berbahaya.
"Binatang yang hidup dekat dengan manusia bisa memiliki simpanan patogen berbahaya untuk manusia," tulis Fernando Esperon dari Pusat Riset Kesehatan Binatang di Madrid, yang memimpin penelitian, seperti dikutip Reuters, Selasa (22/6). "Karena itu, burung tersebut memiliki risiko penyakit ke dalam populasi manusia.''
Warga di kota-kota seperti London, Venesia, New York, San Fransisco, cenderung memiliki hubungan baik-buruk dengan jutaan merpati dalam kota yang mendominasi plaza kota, kafe pinggir jalan, dan banyak monumen.
Kotoran mereka mengotori Trafalgar Square di London, St Mark's Square di Venesia, dan Times Square di New York, tempat mereka tanpa henti memakan bekas makanan dan potongan roti.
Untuk penelitian ini, yang dipublikasikan di jurnal BioMed Centeral, Acta Veterinaria Scandinavica, Esperon dan koleganya menganalisis 118 merpati yang tertangkap mengunakan pistol berpeluru jaring dari kawasan perkotaan Madrid untuk menemukan prevalensi bakteri yang diketahui menyebabkan penyakit pada manusia.
Mereka menemukan serangga bernama Chlamydophila psittaci pada 52,6 persen merpati yang ditangkap, dan serangga lain bernama Campylobacter jejuni sebesar 69,1 persen.
Infeksi psittacosis pada manusia cenderung dimulai dengan gejala menyerupai flu dan berkembang menjadi radang paru-paru yang mengancam jiwa. Menurut Esperon, serangga dari spesies campylobacter merupakan salah satu penyebab utama diare akut di dunia. "Bahkan, di banyak negara seperti Inggris dan Wales, Kanada, Australia dan Selandia Baru, kasus diare akut yang disebabkan oleh infeksi campylobacter jejuni lebih banyak daripada infeksi akibat spesien salmonella," tulis Esperon.
Selayaknya serangga lainnya, bakteri salmonella bisa menyebabkan demam, diare, mual dan muntah pada penderita. Para peneliti mengatakan, walau burung tersebut tidak terlihat sakit oleh bakteri itu, mereka berpotensi menyebarkan bakteri itu ke manusia. "Data ini harus diperhatikan untuk mengendalikan populasi merpati," tegas Esperon.
Hasil penemuan tim peneliti dari Spanyol ini menunjukkan bahwa walau bakteri tersebut bisa berbahaya pada manusia, mereka terlihat tidak merugikan burung tersebut. Burung merpati, yang dianggap 'tikus bersayap' bagi yang menganggap mereka penyebar penyakit, bisa berperan sebagai 'reservoir' untuk serangga-serangga berbahaya.
"Binatang yang hidup dekat dengan manusia bisa memiliki simpanan patogen berbahaya untuk manusia," tulis Fernando Esperon dari Pusat Riset Kesehatan Binatang di Madrid, yang memimpin penelitian, seperti dikutip Reuters, Selasa (22/6). "Karena itu, burung tersebut memiliki risiko penyakit ke dalam populasi manusia.''
Warga di kota-kota seperti London, Venesia, New York, San Fransisco, cenderung memiliki hubungan baik-buruk dengan jutaan merpati dalam kota yang mendominasi plaza kota, kafe pinggir jalan, dan banyak monumen.
Kotoran mereka mengotori Trafalgar Square di London, St Mark's Square di Venesia, dan Times Square di New York, tempat mereka tanpa henti memakan bekas makanan dan potongan roti.
Untuk penelitian ini, yang dipublikasikan di jurnal BioMed Centeral, Acta Veterinaria Scandinavica, Esperon dan koleganya menganalisis 118 merpati yang tertangkap mengunakan pistol berpeluru jaring dari kawasan perkotaan Madrid untuk menemukan prevalensi bakteri yang diketahui menyebabkan penyakit pada manusia.
Mereka menemukan serangga bernama Chlamydophila psittaci pada 52,6 persen merpati yang ditangkap, dan serangga lain bernama Campylobacter jejuni sebesar 69,1 persen.
Infeksi psittacosis pada manusia cenderung dimulai dengan gejala menyerupai flu dan berkembang menjadi radang paru-paru yang mengancam jiwa. Menurut Esperon, serangga dari spesies campylobacter merupakan salah satu penyebab utama diare akut di dunia. "Bahkan, di banyak negara seperti Inggris dan Wales, Kanada, Australia dan Selandia Baru, kasus diare akut yang disebabkan oleh infeksi campylobacter jejuni lebih banyak daripada infeksi akibat spesien salmonella," tulis Esperon.
Selayaknya serangga lainnya, bakteri salmonella bisa menyebabkan demam, diare, mual dan muntah pada penderita. Para peneliti mengatakan, walau burung tersebut tidak terlihat sakit oleh bakteri itu, mereka berpotensi menyebarkan bakteri itu ke manusia. "Data ini harus diperhatikan untuk mengendalikan populasi merpati," tegas Esperon.
Tags:
Kesehatan
Wah ngeri juga tuh... Padahal mertua dan suamiku pecinta burung lho..
Maaf baru mampir lagi... Maaf juga baru follow..
sama seperti the others...
untung saya nggak suka merpati
aku bukan pecinta burung Sob.....apa bakteri itu cuma diburung Merpati atau semua jenis burung Sob????
slam knal Sob....aku mampir ke Blog yg ini juga....aku Follow yg ini ya Sob..(DJ Site)...D'tgu Follow baliknya...thnx..
Semangat N met aktivitas.....
ane gak demen burung :)
wah padahal sespupuku suka banget ma merpati nih, harus hati2
kunjungan perdana jangan lupa mampir ke tempatku, thanks
wah informasi yang bermanfaat, btw kami sekeluarga ngga begitu suka memelihara burung merpati.
Juga jadi perantara virus toksoplasma, bareng kucing. terutama kalau kandang dan cara perawatannya jorok dan kurang dibersihkan secara rutin. Tandanya kalau kandangnya lembab, so berarti yang punya kurang peduli atau belum tahu risikonya :)